Apa pentingnya merayakan tahun baru ?


Teman, pertanyaan itu menggelayut di benak beberapa saat tadi, saat keriuhan memerangkapkan benak dalam histeria, saat kegirangan menempatkan lupa bahwa sebenarnya jauh diatas semua ritual selesainya bumi mengelilingi matahari ada hal yang lebih besar dari sekedar menunggu selesainya pukul 23.59 menuju pukul 00.00 detik pertama.

Apa yang sebenarnya berbeda dari beralihnya waktu itu, sebenarnya seharusnya tak ada yang istimewa, toh hitungan itupun sebenarnya mungkin tidak teramat tepat, sejak bulan-bulan itu pertama kali diciptakan dan mendapatkan namanya begitu banyak modifikasi atas nama kekuasaan pada apa yang saat ini kita sebut sebagai bulan-bulan itu.


Saat julius caesar berkuasa, ditambahkannya satu hari pada bulan yang disebutkan berdasarkan namanya hingga bulan juli berjumlah 31, begitu juga saat octavianus agustus anak angkatnya naik tahta, sang kaisar menambahkan satu hari di bulan yang kemudian juga disebut berdasarkan namanya itu. Maka apakah yang disebut satu tahun, bila hitungannya terus menerus direnovasi, diperbaiki, pendeknya selalu disempurnakan. T
ak ada yang menyebutnya pasti.    


Saya kemudian dapat mengerti mengapa tahun baru islam tidak dirayakan berdasarkan hitungan rotasi bulan, tapi lebih dari itu dihitung berdasarkan sebuah peristiwa, sebuah momen yang adalah titik balik bagi sesuatu yang bermanfaat. Sesuatu yang kita sebut hijrah, lambang untuk berpindah menjadi lebih baik. 

Lalu apakah tahun baru itu sebenarnya ?. Teman, pertanyaan ini menjadi penting bagi saya lebih karena memperdebatkan tahun baru itu dan bahkan lebih jauh bagaimana merayakannya terikat secara sangat prinsip dengan bagaimana seharusnya sikap kita atau lebih mungkin sikap saya sendiri untuk merayakan berganti dan bertambahnya tahun itu.


Tahun ini di Indonesia, tepat sebelum 31 desember jatuh, kita harus berkabung atas berpulangnya seorang tokoh besar yang kita kenal sebagai mantan presiden ke 4 kita. Ya kita semua mengenal KH. Abdurahman Wahid itu, sosok yang atas perintah kekuasaan saat ini harus kita dukakan kepergiannya dan karena itu mungkin galibnya juga mempengaruhi sikap kita dalam merayakan tahun baru.


Tapi apakah tahun baru itu tanpa kemeriahan ? begitu mungkin sebagian kita akan bertanya.


Saya sendiri mungkin tak pernah bisa tahu dan bisa dengan sangat tepat menjawab apakah menyenangkan merayakan tahun baru tanpa kemeriahan itu. Mungkin karena setidaknya lebih dari 4 tahun ini, seorang saya selalu berkubang dalam kemeriahan pada apa yang kita namakan sebagai kemeriahan tahun baru. Ada alasan yang sangat panjang untuk bisa saya bariskan untuk membenarkan apa yang saya lakukan. Tapi mungkin yang paling penting tahun ini saya tetap berada dalam kemeriahan itu karena ada yang saya pahami sebagai ekspresi budaya dan ekspresi kreatifitas yang musti saya lakukan, yang mesti saya ikut perjuangkan di Kota ini. Selain itu, tentu saja saya juga percaya seorang penyokong ekpresi budaya dan seni ( terutama dari anak muda) semacam Gus Dur tentu tak akan pernah setuju bila atas nama kepergiannya menghadap tuhan sebuah ekspresi budaya lalu harus tutup buku.


Bersama teman-teman yang tergabung dalam bigbang project dan juga beberapa komunitas lain, ABC ( Ambon Band Community ) dan MHC ( Molluca hip hop Community ) di kedai pasir putih, Apa yang kami sebut sebagai Sound of 2010 itu memang “ saya percayai “ ditujukan sebagai titik penting untuk menentukan arah baru bagi hidup kami “ A New Chapter of your life “ . tema itu sendiri menohok saya teramat dalam malam ini.


Saudara, seperti yang sudah saya kemukakan, saya masih bisa membariskan lebih panjang lagi alasan untuk membenarkan keriuhan yang saat ini sedang saya alami, tapi kemudian saya juga sadar bahwa seringkali alasan tidak pernah bisa membenarkan ekspresi paling dalam dari apa yang kita rasakan sebagai upaya mengais awal baru bagi hidup atau sekedar kegilaan yang disengaja untuk melupakan dan tak peduli pada betapa banyak salah yang sudah kita lakoni, di waktu-waktu yang lalu.


Dititik seperti itu semua konstruksi alasan yang sudah saya bangun membuat saya kembali lagi-lagi bertanya tentang makna dari apa yang saya lakukan.


Mungkin perasaan ini sudah menjadi terlampau melankolis dan seharusnya tak perlu. Tapi mungkin penting untuk menenangkan hati sendiri dengan berdebat dalam hati, atau bahkan curhat pada dinding dan teman-teman yang mungkin akan mengemukakan alasan panjang atau bahkan komentar tak perlu yang sama sekali jauh tidak berhubungan dengan apa yang dicurhatkan. Cuma untuk memberi tahu kalau hati resah


Saya kemudian harus bilang kalau merayakan tahun baru beberapa saat yang lalu jelas membuat saya hilang dalam pikiran saya sendiri. Ada yang benar-benar harus diteguhkan dalam hati bahwa tahun baru yang lebih dari sekedar telah bergantinya tahun itu semestinya juga sebuah titik tolak untuk berubah, untuk menjadi lebih baik. Agar menjadi lebih berguna. Maka itu perayaan tahun baru itu semestinya adalah doa dalam bentuk apapaun, adalah menemukan kebenaran diri sendiri, dalam diam atau dalam hingar bingar yang jelas “ bisa menjadi sebuah tanda tanya maha besar, maha tanda tanya “.


Di akhir saya kemudian sadar, bahwa saya sudah membariskan terlalu banyak alasan dan pembenaran untuk sekedar bilang kalau merayakan tahun baru, dalam kehingar bingaran dan riuh yang saya lakoni harusnya memiliki arti bagi diri saya sendiri, juga bagi orang lain.

Lebih penting lagi saya kemudian teringat pada into the wild, lalu sadar pada apa yang dituliskan Christopher john mccandless alias Alexander Supertramp pada halaman buku deotovsky atau tolstoy (siapapun penulis rusia itu tak saya ingat lagi )
“ happiness is real within shared “ mungkin itu keresahan sebenarnya, mungkin itu anxiousity yang membuat semua ini terasa terlalu nisbi !

Entahlah....

mudah-mudahan saja jadi lebih baik,
jadi lebih berguna !


Jam pertama tahun 2010

M Burhanudin B / @tero2_boshu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar